Sunday, November 11, 2007

Sepakbola Indonesia membahayakan anak-anak


Mengerikan… itulah kata yang pantas untuk menggambarkan tontonan sepakbola
Indonesia. Bahkan kalau boleh dibilang menonton sepakbola Indonesia tidak kalah mengerikannya dengan melihat sebuah tayangan kerusuhan saat demonstrasi yang kerap terjadi. Tayangan yang semestinya menjadi hiburan bagi rakyat ini telah berubah menjadi tayangan horror penuh kekerasan dimana setiap orang yang melihatnya akan berubah emosinya, bahkan bagi sebagian orang, melihat tayangan ini akan membuat bulu kuduknya merinding, memprihatinkan memang. Kita patut juga menghargai usaha yang telah dilaksanakan oleh KOMDIS PSSI untuk meyelesaikan masalah ini, tetapi usaha yang tanpa atau belum berhasil juga tidaklah dapat dikatakan baik. Keputusan PSSI untuk menetapkan kuota 5 pemain asing juga banyak berperan terhadap terciptanya kondisi seperti ini, pemain asing yang diharapkan dapat membantu menaikkan kemapuan pemain lokal malah membawa serta perilaku buruk yang mungkin sudah biasa di negeri mereka. Karena tidak semua pemain asing berasal dari negara yang penduduknya berperilaku baik. Fakta di lapangan banyak sekali kericuhan yang tejadi antar pemain yang ditimbulkan oleh ulah pemain asing. Faktor wasit juga tidak kalah menyedihkannya, dalam situasi seperti ini karisma sang pengadil lapangan hijau ini sudah tidak ada harganya lagi baik di mata pemain maupun penonton. Anak kecilpun sudah banyak yang melantunkan slogan “Wasit Goblok”. Apakah ini imbas dari rendahnya penegakan supremasi hukum oleh aparat yang berwenang di Indonesia? bisa jadi. karena sungguh mengherankan sepakbola sekasar itu tidak ditindak tegas oleh sang pengadil lapangan hijau, ini dapat dilihat dengan minimnya kartu kuning apalagi merah yang sudah dikeluarkan oleh wasit selama ini. Wasit cenderung takut dan jatuh mental akibat teror yang ditebar oleh pemain dan penonton, dan berimbas kepada lemahnya kepemimpinannya di lapangan. Kondisi pastilah sangat memprihatinkan kita semua, sekaligus berbahaya terutama melihat dampak psikologis yang mungkin timbul bagi generasi muda Indonesia terutama anak-anak. Tentu saja tayangan kekerasan seperti itu sangat berbahaya bagi perkembangan mental si anak, apabila pada masa anak-anak terbiasa dengan kekerasan maka akan terbawa sampai dia dewasa, ketidak percayaan kepada aparat peradilan yang dalam sepakbola adalah wasit bisa terbawa kepada aparat penegak hukum lainnya di luar sepakbola. Dampak nyata yang sudah telihat salah satunya adalah kerusuhan yang terjadi pada saat pertandingan timnas Indonesia U-17 beberapa waktu yang lalu, belum lagi perkelahian antar pemain di setiap pertandingan sepakbola sekelas tarkam pun semakin menjadi- jadi diakibatkan kiblat sepakbola yang salah yaitu Liga Indonesia. Kita seluruh masyarakat Indonesia harus segera menyadari hal ini, segera dan tidak mungkin tidak jika kita masih memiliki keinginan yang sama yaitu untuk memajukan Indonesia. Jangan pernah menganggap remeh masalah ini, itulah yang terjadi terhadap masalah – masalah lain di negeri ini dimana kita masih terlalu santai menghadapinya. Masalah kecil akan menjadi besar jika dibiarkan saja kan? Apalagi masalah yang sangat kompleks seperti ini. Semua elemen penting yang terkait dengan mesalah ini seperti suporter, pemain, wasit, official, klub dan PSSI harus segera introspeksi diri. Cari dan rubahlah semua kesalahan yang ada pada diri masing – masing mulai dari hal – hal kecil dan janganlah saling menyalahkan dengan pihak lain, karena saling menyalahkan tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

Penulis

Restio Adhyaksa Brata


Mahasiswa Semester 8 Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung

Alamat : jalan Riung Mulya I no 6 komplek Riung Bandung Permai

BANDUNG JAWA-BARAT 40295

Telp 08122007877


Ps:

· journal pertama ku yang pernah diterbitkan oleh koran nasional Seputar Indonesia...hehe..senang bngt..soalnya dapet 100rb men....ini adalah hasil keringatku yg pertama....

· Journal ini saya tulis diwaktu saya masih sebagai mahasiswa beberapa tahun yang lalu (bahasanya idealis gaya mahasiwa banget).

· Maaf kata2nya agak sedikit formal, karena tulisan ini memang ditujukan untuk publikasi di media formal... :)

No comments: